LUWU TIMUR,(BPN)— Tak terasa hampir dua pekan lamanya tiga narapidana kabur dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I Makassar. Sejak mereka lari, Minggu (7/5), pengejaran langsung dilakukan.
Hingga saat ini, dua dari tiga napi itu telah ditemukan. Rizal Sangaji Budiman alias Ical (22) ditangkap hidup-hidup oleh Tim Sekat Tinombala Mauro, Desa Gayatri, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah Minggu (14/5) pukul 14.00 Wita.
Sementara satu lainnya, yakni Ikbal alias Bala alias Kolor Ijo (34) ditemukan pada hari Kamis (18/5) sekitar pukul 06.00 Wita. Hanya saja, terpidana mati ini harus meregang nyawa di ujung pistol polisi.
Ia menemui ajal dalam sebuah proses pengejaran yang dilakukan personel gabungan Resmob Polda Sulsel, Polrestabes Makassar dan Polres Luwu Timur. Lokasinya di dalam hutan wilayah Kecamatan Mangkutana, Kabupaten Luwu Timur.
Tindakan tegas petugas dilakukan, karena Kolor Ijo berusaha melawan petugas dengan menggunakan sebilah parah. Ikbal tewas dengan sejumlah luka tembak pada bagian dada dan lengan.
Jika Ical sudah ditangkap hidup-hidup, Ikbal ditembak mati, tidak demikian dengan satu pelarian lainnya, Muh Tajrul Kilbaren alias Asrul (31). Terpidana seumur hidup ini belum juga berhasil ditemukan.
Ihwal penemuan jejak Kolor Ijo, terungkap ketika Ical tertangkap. Dari pengakuannya, ia dan dua rekannya sempat lima malam menginap di dalam hutan. Dari Polres Poso, Sulawesi Tengah, Ical kemudian dibawa unit Kejahatan dan Kekerasan Polrestabes Makassar ke Polres Luwu Timur.
Saat dilakukan interogasi dan pengembangam, terkuak jika mereka bertiga kabur dengan menumpang mobil truk. Selanjutnya bersembunyi di hutan area Kecamatan Mangkutana, Kabupaten Luwu Timur.
Setelah lima hari berada di dalam hutan, Risal dan Tajrul untuk mencari makan. Namun pada saat akan kembali ke lokasi persembunyiannya di dalam hutan, keduanya lupa jalan masuk. Akhirnya, keduanya terpisah, Risal menuju Poso, sementara Tajrul tidak diketahui ke mana arahnya.
Tinggallah Ikbal sendiri di dalam hutan. Ternyata, mereka mendirikan tenda untuk tempat berteduh. Warnanya biru.
Pada hari Rabu (17/5) sekitar pukul 06.00 Wita, di Kecamatan Mangkutana, Luwu Timur. Unit Jatanras Polrestabes Makassar bersama Unit Khusus Polsek Mangkutana Polres Luwu Timur melakukan pengembangan di dalam hutan.
Ketika tim gabungan personel yang dipimpin AKP Edy Sabhara tiba di dalam hutan tempat persembunyiannya, Ikbal didapati berada di dalam tenda. Pada saat hendak dilakukan penangkapan, Ikbal yang melihat personel gabungan langsung melarikan diri dengan menenteng parang.
Polisi kemudian mengeluarkan tembakan. Namun tak dihiraukan. Kolor Ijo tetap melarikan diri. Tembakan kembali terdengar. Kali ini moncong pistol diarahkan ke tubuh Ikbal, dan diketahui mengenai tubuhnya.
Tapi, Kolor Ijo tetap melarikan diri dan bersembunyi. Penyisiran pun dilakukan. Setelah beberapa jam polisi tak jua menemukan persembunyiannya. Akhirnya diputuskan untuk meninggalkan hutan, dan kembali keesokan harinya.
Kamis (18/5) pukul 06.00 Wita, personel gabungan kembali menyisir kawasan hutan tempat persembunyian Kolor Ijo. Karena merasa terdesak, diapun keluar dari tempat persembunyiannya.
Meski telah terkepung, tetap saja Ikbal mencoba menyerang petugas dengan menggunakan parang.
Polisi tak ingin ambil risiko. Kolor Ijo pun dieksekusi mati. Timah panas mengenai bagian dana dan lengannya. Jenazahnya kemudian dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) I La Galigo, Wotu, Luwu Timur sebelum dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara, Makassar.
Meski dipastikan sudah tidak bernyawa, sejumlah perawat yang ada di RSUD I La Galigo tampak ketakutan saat memeriksa jasadnya. Sebab, seluruh korban perbuatan sadis Kolor Ijo semasa hidupnya, menjalani perawatan di rumah sakit ini.
Direktur RSUD I La Galigo, Wotu, Rosmini Pandin membenarkan hal itu. Kata dia, rasa takut yang menghantui para perawat disebabkan karena seluruh korban si Kolor Ijo dirawat oleh mereka. Bahkan ada diantaranya yang nyawanya tak bisa diselamatkan.
Pihak medis, kata Rosmini, sudah memastikan jika Kolor Ijo meninggal dunia setelah terkena tembakan di bagian dada dan lengan. “Iye, sudah meninggal. Luka tembak ada beberapa di lengan dan dada,” ungkapnya.
Menurutnya, mayat Ikbal masih berada di ruang jenazah RSUD I La Galigo, Jumat (19/7) dinihari pukul 01.33 Wita. Selanjutnya, dibawa ke Makassar menjelang subuh hari dengan dikawal aparat kepolisian. “Jenasahnya sudah diberangkatkan menjelang subuh tadi ke Makassar,” ujarnya, kemarin.
Rosmini juga memberi apresiasi terhadap pihak kepolisian yang berhasil menemukan Ikbal. Sebab, hal ini bisa membebaskan masyarakat dari rasa takut dan cemas.
“Alhamdulillah, Allah mendengar dan menjabah doa kita semua. Perlu ada ucapan terima kasih pada tim kepolisian yang menangkapnya, karena luar biasa membebaskan kita semua dari rasa takut setelah Kolor Ijo kabur dari lapas,” imbuhnya.
Kapolres Luwu Timur, AKBP Parojahan Simanjuntak yang dikonfirmasi, membenarkan jika mayat Kolor Ijo sempat dilarikan ke RSUD I La Galigo Wotu, sebelum dibawa ke Rumah Sakit Bahayangkara Makassar, Jumat subuh (19/7).
Personil gabungan, kata Parojahan, terpaksa melepaskan tembakan ke arah terpidana mati tersebut karena berusaha menyerang petugas dengan menggunakan sebilah parang. Dia meninggal dunia dengan luka tembak pada bagian dada.
“Sejumlah barang bukti, seperti sebilah parang dan tenda berwarna biru tempat persembunyian Kolor Ijo sudah diamankan,” ungkap Parojahan, Jumat (19/5).
Ketua Pengadilan Negeri (PN) Malili, Khaerul yang dikonfirmasi via telepon, mengapresiasi kinerja dari pihak kepolisian, menyusul keberhasilan menangkap Kolor Ijo. Meski begitu, dia mengucapkan turut berduka cita karena Iqbal alias Kolor Ijo telah meninggal dunia.
“Saya melihat fot-foto Iqbal sangat kurus. Berbeda pada saat menghadiri persidangan. Kami mengapresiasi pihak kepolisian karena berhasil menangkapnya, dan turut berduka cita atas meninggalnya Iqbal,” ungkap Khaerul.
Sementara itu, pengacara Ikbal, Agus Melas menyayangkan kliennya tertembak mati oleh pihak kepolisian. Harusnya, kata dia, Iqbal ditangkap dalam kondisi hidup untuk kemudian dibawa ke Lapas I Makassar guna menjalani hukumannya. “Kalau dari segi hukum kami menyayangkan klien kami ditembak mati. Harusnya kan klien saya itu ditangkap hidup-hidup,” kata Agus, kemarin.
Namun, tambah Agus, jika dilihat dari kacamata umum keamanan masyarakat, itu merupakan risiko yang harus ditanggung oleh Iqbal. “Bagi keluarga Ikbal harus mengikhlaskan, karena tindakannya diluar batas kemanusiaan. Saya turut berduka cita,” imbuhnya.
Kepala Bidang Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Dicky Sondani membenarkan jika Ikbal tertembak mati petugas. ”Anggota mengambil tindakan tegas, karena Ikbal menyerang menggunakan parang,” ujarnya.
Kepala Lapas Klas I Makassar, Marsidin Siregar yang menerima informasi Ikbal tertembak mati oleh polisi, kemudian menginformasikannya kepada Kepala Kantor Kementerian Hukum dan HAM Sulawesi Selatan, Sahabuddin Kilkoda. Saat dikonfirmasi, kemarin sore, Sahabuddin Kilkoda tengah bersiap menuju RS Bhayangkara untuk melihat langsung mayat Ikbal yang dibawa polisi dari Luwu Timur.
“Saya sudah dapat informasinya. Saya persiapan menuju RS Bhayangkara,” ujar Sahabuddin Kilkoda di ruang kerjanya.
Pihaknya tengah menyusun laporan soal tertembak matinya Kolor Ijo, untuk disampaikan ke Kementerian Hukum dan HAM di Jakarta. Sementara untuk satu napi lainnya yang belum ditemukan, masih dalam pengejaran. (BKM fajar)
loading...
Post a Comment