BAPANAS- Tiga narapidana yang kabur dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas 1 Makassar, Mei lalu, satu per satu akhirnya berhasil ditangkap. Salah seorang di antaranya tewas ditembak, satu lagi sempat melepas lajang selama dalam pelarian.
Seorang terpidana mati dan dua orang terpidana seumur hidup itu kabur dari Lapas Kelas 1 Makassar, Sulawesi Selatan, pada Minggu (7/5/2017). Ketiga napi tersebut bernama Rizal Budiman alias Ical (22); Iqbal alias Bala alias Kolor Ijo (34); dan Muh Tajrul Kilbaren Bin Kalbaren alias Arun (31).
Selama di lapas ketiganya berada dalam satu ruangan, Blok A 1, kamar 10. Mereka berhasil kabur setelah menggergaji ventilasi berupa terali besi pada Minggu dini hari. Petugas baru menyadari ketiganya tak lagi berada di lapas saat apel pagi penghuni lapas pada pukul 06.15 WITA.
"Ketiga terpidana diduga melarikan diri dari Blok A1, kamar 10, dengan cara menggergaji ventilasi kamar yang terbuat dari besi. Selanjutnya meloncat turun ke selokan dan meloncat naik ke Pos 2 yang tidak dijaga oleh petugas lapas," jelas Kepala Polrestabes Makassar, Komisaris Besar (Kombes) Endi Sutendi, dilansir Kompas.com.
Satu per satu, ketiga napi akhirnya terlacak petugas. Rizal Sangaji alias Ichal ditangkap di Poso, Sulawesi Tengah pada Minggu (14/5). Berdasarkan laporan yang diterima Polda Sulsel, terpidana saat itu berada di Jalan Trans Sulawesi di Desa Gayatri, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Tak mampu menunjukkan identitas kepada tim Satgas Tinombala yang tengah melakukan patroli, akhirnya ia mengaku sebagai napi yang kabur dari Lapas Makassar. Kepada petugas, ditulis Okezone, napi kelahiran Jayapura 6 Desember 1989 ini mengaku lelah selama melarikan diri.
Ia merupakan terpidana pembunuhan dengan vonis seumur hidup asal Jayapura Utara. Pria setinggi 162 cm dengan berat badan 72 kilogram itu merupakan pindahan dari Lapas Papua, dan baru menjalani hukuman selama 1 tahun.
Satu napi tewas ditembak petugas
Nasib napi lainnya, Iqbal alias Bala alias Kolor Ijo, lebih mengenaskan. Ia tewas tertembak petugas di dalam hutan, di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Sebutan "Kolor Ijo" melekat padanya karena membunuh dan melukai puluhan perempuan.
"Napi tersebut tewas ditembak pada bagian dada setelah berupaya melarikan diri saat pengepungan petugas di tempat persembunyiannya di hutan," kata Kepala Bidang Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Dicky Sondani, Jumat (19/5), dalam Republika Online.
"Si Kolor Ijo" yang divonis hukuman mati karena kejahatan yang dianggap luar biasa, terpergok tim gabungan yang melacaknya ke dalam hutan sejak Rabu (17/5). Melihat puluhan petugas mendekat daerah persembunyiannya, ia berusaha kabur meski mendapat tembakan peringatan.
Tim gabungan tidak patah arang, dan melanjutkan pencarian keesokan harinya. Dipimpin Kanit Jatanras Polrestabes Makassar, AKP Edy Sabhara, Iqbal akhirnya terpojok oleh tim. Namun ia nekat menyerang petugas dengan sebilah parang. Peluru petugas akhirnya menghentikan pelarian warga Desa Sido Agung, Kabupaten Luwu Timur, Sulsel itu.
Napi yang pernah meresahkan warga Luwu Timur itu bertinggi badan sekitar 160 cm, dan berat badan 60 kilogram. Divonis mati pada 24 Agustus 2016 di PN Malili, penasehat hukumnya menyatakan banding dan sempat mendapat vonis seumur hidup. Namun pada 27 Februari 2017, di tingkat kasasi Mahkamah Agung kembali menjatuhkan vonis mati.
Sempat melepas lajang di Tangerang
Kisah pelarian Tajrul Kilbaren, narapidana seumur hidup pindahan dari Lapas Papua, itu cukup unik. Ia dikabarkan sempat melepas masa lajang selama dalam pelarian. Warga Jayapura dengan tinggi badan 160 cm dan berat 60 kilogram ini, baru menjalani masa hukuman selama 5 tahun.
Kepala Lapas Kelas I Makassar, Marasidin Siregar, pada Rabu (28/6) mengisahkan selama pelariannya Tajrul berpindah dari kota ke kota. Setelah kabur dari Lapas, ia sempat ke Luwu, Poso, Manado, Jakarta, Tangerang, Papua, dan Ambon.
"Tenyata tersangka ini sudah sempat nikah sama orang Tangerang. Katanya kenal di Facebook, tapi istrinya tidak tahu kalau suaminya narapidana yang kabur dari Lapas," kata Marasidin seperti dikutip media daring asal Makassar. Sebelumnya saat di Manado, Tajrul malah sempat bertemu kekasihnya.
Tajrul akhirnya tertangkap di Kabupaten Seram bagian timur, Maluku, pada Minggu (25/6) yang bertepatan dengan Idulfitri 1438 Hijriah. Sempat dititipkan di Rutan Ambon, pelaku pembunuhan sadis di Papua itu tiba di Makassar pada Rabu, 28 Juni 2017, bersama Kanwil, Karutan dan Kalapas Ambon.
Menurut Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Dicky Sondani, Tajrul menyerahkan diri ke Rutan Ambon berkat usulan dari keluarganya yang seorang polisi. Sebelum ke Rutan, ia diamankan di Polres Seram Timur.
"Keluarganya adalah seorang polisi, jadi dari situ keluarganya kemudian menyerahkan terpidana ke Rutan Ambon. Dari Rutan Ambon diserahkan langsung ke Lapas sini," tuturnya Rabu (28/6). Selanjutnya, ia akan ditempatkan di ruang isolasi khusus, terpisah dari tahanan lain di Lapas Kelas I Makassar.
Lapas di bawah pengelolaan Kanwil KemenkumHAM Sulawesi Selatan itu per Juni 2017 berpenghuni 1.130, dari kapasitas yang hanya 740 orang. Saat ketiga napi kelas berat tersebut kabur, lapas hanya dijaga delapan orang petugas.(beritagar)