PALEMBANG,(BPN)– Studi banding publik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang akan diterapkan kedepannya agar dapat meningkatkan mutu pelayanan masyarakat sehingga berjalan dengan baik dan prima.
Untuk itulah Lapas Kelas IIA Pekanbaru melakukan studi banding ke UPT Pemasyarakatan di Palembang yaitu ke Rutan Palembang, LPKA Palembang, dan Lapas Perempuan Palembang (11/1/18).
Salah satu bentuk pelayanan yang menjadi proyek perubahan Lapas Pekanbaru adalah pelayanan kunjungan karena layanan ini langsung bersentuhan dengan masyarakat luar sehingga dapat menjadi nilai ukur masyarakat terhadap tugas dan fungsi lapas. Dipilihnya Palembang sebagai lokasi studi banding karena UPT disana telah banyak mengukir prestasi terbukti dengan kepercayaan publik terhadap pelayanan kunjungan.
Rombongan studi banding ini juga didampingi oleh Kakanwil Kemenkumham Riau, Dewa Putu Gede, beserta Kabapas Pekanbaru dan Kalapas Perempuan Pekanbaru.
Rutan Palembang saat ini telah memiliki layanan kunjungan berbasis IT dengan sistem _timer_ dan terkoneksi dengan Sistem Database Pemasyarakatan (SDP) sehingga penerapannya diharapkan mampu memberikan rasa keadilan dan pemerataan bagi WBP.
“Faktor kedekatan dengan petugas yang menyebabkan timbulnya transaksi pribadi antara petugas dan WBP agar diberikan fasilitas dan kelonggaran tertentu rentan terjadi di lapas, hal ini menimbulkan kecemburuan sosial yang tinggi sehingga berdampak terhadap stabilitas kamtib. Untuk itulah, pemanfaatan teknologi akan kita terapkan untuk memberikan rasa keadilan dan pemenuhan hak yang merata bagi setiap WBP” jelas Kalapas Pekanbaru, Yulius Sahruzah.
Sistem layanan kunjungan Rutan Palembang ini menjadi yang pertama dan sebagai panutan layanan kunjungan pada UPT Pemasyarakatan se-Sumsel serta telah dikunjungi juga oleh tim pemasyarakatan negara tetangga seperti Brunei Darussalam dan Malaysia.
Selain layanan tersebut, Rutan Palembang juga semakin memutakhirkan layanan _self service_ yang dapat membantu WBP untuk dapat langsung mengetahui mengenai masa hukuman, waktu pengajuan PB/CB/CMB dan sebagainya secara mandiri.
Loket pelayanan PB/CB/CMB dan sebagainya ini berada di ruang layanan kunjungan sehingga membantu keluarga WBP untuk mengetahui informasi mengenai proses dan tata cara, dan persyaratan pengajuan PB/CB/CMB dan sebagainya tanpa harus menemui petugas.
Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kontak langsung antara keluarga WBP dan petugas sehingga diharapkan dapat meminimalisir terjadinya pungutan liar dalam proses pengajuannya.
Setelah puas mengunjungi dan tanya-jawab di Rutan Palembang, rombongan studi banding lanjut mengunjungi LPKA Palembang yang berlokasi tepat di depan Rutan Palembang. Pengalaman penting yang dapat diserap dalam kunjungan ke LPKA ini adalah tingkat kenyamanan dan kebersihan ruang kunjungan yang ditata sangat rapi mirip dengan suasana café dan restoran.
Suasana besuk ditemani romantisnya gemericik air kolam dan pemandangan indah kelincahan ikan Ko’i yang sedang bermain-main. “Amazing, berkunjung kesini seperti bukan berada di lapas, bagus dan nyaman sekali tempat ini, cocok untuk perkembangan dan pertumbuhan psikologis anak” ujar Kakanwil yang sangat terpukau.
Asrama tempat tinggal ABH (Anak Berhadapan dengan Hukum) juga bersih, rapi, dan nyaman sekali, sekolah tempat pembinaan tersedia dengan lengkap dan layak serta menghadirkan guru dari Dinas Pendidikan setempat, tak ketinggalan dilengkapi juga dengan laboratorium komputer canggih untuk mengikuti informasi perkembangan dunia yang semakin modern, yang semua ini harus ditiru dan dijadikan pedoman untuk diterapkan di Riau.
Rombongan kemudian melanjutkan perjalanan ke Kafe Le Panile, usaha roti dan tempat ngopi yang menjadi primadona-nya Lapas Perempuan (LPP) Palembang. Tempat ini merupakan tempat pemasaran roti hasil karya WBP yang dibuat pada dapur khusus LPP Palembang.
Ditempat ini WBP bisa berkarya dan menghasilkan menghasilkan pendapatan dengan membuat makanan yang lezat dan nikmat untuk disantap. Untuk memulai keterampilan itu WBP harus mengikuti pelatihan terlebih dahulu sehingga bisa menghasilkan roti yang lezat tak kalah dengan produk sama di toko roti lainnya di Palembang.
Kafe Le Panile didesain dengan rancangan modern dan tak kalah dengan kafe-kafe bakery terkenal yang sering dijumpai di mal-mal sehingga menarik untuk dikunjungi. Kafe tersebut buka setiap hari mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB dan yang melayani adalah warga binaan yang menjalani asimilasi (proses pembauran narapidana ke lingkungan masyarakat) dan tentunya dalam pengawasan petugas lapas.
Produksi roti LPP Palembang sudah mendapat orderan dari kantor dan perusahaan di Palembang dan juga melayani pesanan masyarakat yang datang langsung ke kafe untuk kongkow-kongkow sambil menikmati hidangan yang disediakan seperti mie ayam, pempek pistel, pindang ayam, aneka minuman dan sebagainya.
Dengan adanya kegiatan itu WBP tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan, tetapi juga pengalaman untuk mereka terapkan di masyarakat sehingga bisa menjadi sosok mandiri yang mampu menjadi entrepreneurship yang terampil.
“Studi banding ini bukan hanya jalan-jalan, tetapi bagaimana kita bisa memanfaatkan ilmu dan pengalaman untuk dikembangkan di tempat kita, Riau Bumi Lancang Kuning. Saya mengharapkan apa yang sudah kita lihat dan kita pelajari bersama untuk dilaksanakan secepatnya demi mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat luas” ajak Kakanwil dengan semangat.(Red/rls)