![]() |
Ilustrasi |
"Paling tidak nyaman napi teroris. Saya pernah diludahi. Tapi mereka beraninya kalau berkelompok, sendirian takut," kata Firman, petugas penjara saat ditemui sedang bersantai di warung makan dekat Lapas Batu Nusakambangan.
Selain itu, napi kasus teroris juga kerap menimbulkan kegaduhan dengan napi kasus lain. Mereka terlihat tidak akur. Hal itu yang membuat terpidana kasus teroris harus disendirikan, selain untuk mengantisipasi penyebaran paham radikal.
"Sebab gini, pernah suatu kejadian napi teroris menolak makanan yang diberikan sambil berteriak haram-haram. Nah otomatis kan pernyataan itu menyinggung napi kasus lain yang juga mendapat makanan sama. Masalah sekecil itu saja bisa menyebabkan perkelahian," jelasnya.
Firman menuturkan, bertugas di Nusakambangan perlu ekstra berhati-hati, karena polah tingkah napinya berebeda dibandingkan dengan lapas di luar.
Dia menambahkan, hal itu karena mreka biasanya memiliki masa hukuman yang panjang, atau biasanya tingkat antisosialnya sangat tinggi.
Senada disampaikan petugas Lapas Batu lain, Taufik. Menurutnya, bekerja di pulau penjara itu lebih membutuhkan tenaga ekstra. Sebab, kondisi emosional napinya lebih tak terkendali.
Lapas Batu disiapkan sebagai lapas bagi narapidana risiko tinggi, atau high risk. Ketika disinggung apakah ada perubahan pola kerja? Menurut Taufik, secara umum sama saja seperti biasanya.
Meski lebih ketat, kerja petugas dinilai lebih memudahkan dan tidak berisiko.
"Dulu bisa saja kan kami diterkam dari belakang oleh napi," imbuhnya.
Dulu, Taufik berujar, dalam satu komplek, baik petugas dan penghuni lapas banyak kesempatan melakukan kontak fisik. Tetapi, sekarang semuanya lebih dibatasi. Bagi napi serta pengunjung, keleluasaannya juga lebih diperkecil.
Bahkan, penghuni dan pembesuk pun tidak boleh melakukan kontak fisik, serta dilarang membawakan barang kepada penghuni, karena semua kebutuhannya sudah dipenuhi pihak lapas.
"Seperti sekarang segala pemeriksaan semuanya menggunakan mesin canggih. Berbeda dibandingkan dengan dulu, di mana petugas melakukan pemeriksaan secara manual, sehingga tugas lebih ringan, tapi tetap dari segi pengawasan sama," imbuhnya.
Untuk menyesuaikan konsep baru itu, Taufik mengungkapkan, petugas dilakukan seleksi ulang. Selain itu juga dibekali pengetahuan selama beberapa hari sebelum menjalankan sistem kerja di lapas high risk.
"Saya sejak betugas 23 tahun di sini selalu di Lapas Batu. Beruntung hasil seleksi kemarin saya lolos dan kembali ditempatkan di Lapas Batu," ujarnya. (Red/Tribun)
loading...
Post a Comment