![]() |
Ilustrasi |
BANDUNG - Perilaku seksual menyimpang sesama jenis di antara para perempuan atau lesbian terjadi tak hanya di Rumah Tahanan Perempuan Kelas IIa Bandung.
Fenomena lesbian itu juga terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Bandung (Lapas Perempuan Bandung).
Di Lapas Perempuan Bandung, para lesbian bahkan lebih terang-terangan dan tak malu-malu.
Hal ini diakui seorang bekas penghuni Lapas Perempuan Kelas IIa Bandung, sebut saja Vir (40), saat ditemui Tribun di lapas tempatnya kini menjalani hukuman, belum lama ini.
"Memang tidak di depan para petugas. Tapi, kalau di depan warga binaan lain, terang-terangan, pelukan dan ciuman, sudah biasa," kata Vir.
Meski terang-terangan, kata Vir, lesbian di lapas tak pernah mengganggu narapidana lain. "Ini karena di lapas, lesbi biasanya sudah punya pasangan lesbi. Di rutan, jumlah lesbinya sedikit, jadi mereka biasanya mencari pelampiasan ke tahanan lain," kata Vir.
Fenomena lesbian di Lapas Perempuan Bandung, seperti yang diceritakan Vir, sebelumnya juga diakui Kepala Lapas Kelas II A Tangerang, Rafni Trikoriaty Irianta, saat masih menjabat sebagai Kepala Lapas Perempuan Bandung, beberapa waktu lalu.
Rafni mengatakan, di Lapas Bandung, ia tak jarang memergoki narapidana perempuan mojok berduaan sambil berpelukan atau berpegangan tangan.
"Tentu kami tegur. Kamu kira kalau ditegur mereka enggak marah? Mereka sering marah kalau ditegur. Mereka bilangnya, 'Enggak Bu, kami cuma dekat saja, sebatas curhat, cocok.'
Mereka selalu bilang agar saya jangan suudzon. Jadi, kami petugas lapas yang disalahin," ujar Rafni.
Pada banyak kesempatan acara bersama, kata Rafni, para narapidana lesbian kerap memisahkan diri dan memilih berduaan dengan pasangannya.
"Misalnya, kalau lagi nonton voli bareng-bareng atau ada sirahaman rohani, ada yang berdua aja. Kan kelihatan gaya-gaya gitu," ujarnya.
Rafni mengatakan, fenomena lesbian di lapas perempuan juga bisa cermati dari perubahan penampilan narapidana.
"Misalnya, ada perempuan yang tadinya rambut panjang, tiba-tiba jadi pendek, gaya-gaya cowok. Istilahnya kami sebut cowok jadi-jadian," kata Rafni.
Perilaku lesbian ini, kata Rafli, juga bakal dengan mudah dikenali saat mereka bertengkar dengan pasangannya. "Biasanya mereka berantem karena cemburu sama temannya, tapi suka enggak lama. Mereka ini hubungannya enggak permanen," ujar Rafni.
Menghadapi perilaku yang menyimpang ini, kara Rafni, sebagai kalapas, ia tentu tak tinggal diam.
"Langsung kami pisahkan lah, enggak tinggal sekamar.
Harus beda kamar, bahkan kalau memungkinkan dipisah bloknya. Lalu kami programkan mereka supaya sibuk, ngurus kebun, taman, olahraga, bersih-bersih, apa pun lah. Yang penting dia capek dan dia lupa sama perilaku menyimpangnya," ujar Rafni.
Lapas, kata Rafni, tidak akan pernah menoleransi perbuatan-perbuatan seperti itu. "Khawatir jadi penyakit. Lagian, kan, yang begituan dilarang," ujar Rafni
Ketegasan yang sama juga dikatakan Kepala Lapas Perempuan Bandung, Putranti Rahayu, yang baru menjabat awal Januari lalu menggantikan Rafni.
Sebagai abdi negara yang mengemban tugas di lapas, kata Putranti, apa pun akan ia lakukan untuk mencegah terjadinya perilaku seksual menyimpang para warga binaan.
"Baik melalui pendekatan agama, psikologis, maupun pendekatan pribadi," ujar Putranti.
Hal lain yang juga ia lakukan untuk mencegah perilaku lesbian adalah membiasakan warga binaannya untuk berpenampilan seperti perempuan. "Seperti menggunakan rok atau pakaian perempuan sebagaimana lazimya. Tapi sifatnya tidak wajib," ujarnya.
Hal serupa belakangan juga diterapkan di Rutan Perempuan Kelas IIa Bandung. Menyusul terungkapnya perilaku lesbian di rutan baru itu belum lama ini, pihak rutan mulai membiasakan para tahanannya memakai rok atau daster.
"Saya arahkan anak-anak untuk berpakaian seperti perempuan supaya nalurinya tetap sebagai perempuan," ujar Kepala Rutan Perempuan Kelas IIa Bandung, Dr Lilis Yuaningsih, kepada Tribun melalui pesawat telepon, Selasa (4/2).
Tak hanya itu, kata Lilis, para penghuni rutan yang terindikasi punya kelainan seks suka sejenis juga dipindahkan ke kamar yang penghuninya khusus perempuan lanjut usia atau lansia.
"Seperti pelaku percobaan seks terhadap sesama perempuan kemarin, diisolasi supaya perilakunya kembali normal. Ia diasuh oleh ibu-ibu lansia di kamar lansia sampai detik ini," ujar Lilis.
Sebelumnya diberitakan, seorang tahanan, Va (22), melapor telah menjadi korban pelecehan seksual oleh sesama tahanan di Rutan Perempuan Kelas IIa Bandung.
Menyusul laporan tersebut, pelakunya dihukum di ruang isolasi selama sepekan, sementara Va dipindahkan ke salah satu lapas di Jabar.
Setelah menjalani hukuman isolasi, pelaku langsung disatukamarkan dengan kamar yang dihuni para lansia.
"Masa iya sama ibu-ibu lansia masih suka 'belok'. Di kamar lansia itu yang paling tua 62 tahun. Jadi, itu kebijakan standar, sifatnya penindakan untuk mengantisipasi kelainan seks. Pencegahan lainnya, penghuni rutan yang terindikasi 'belok' harus pakai anting, rambutnya harus panjang. Intinya supaya kembali normal," ujar Lilis. (tribunjabar.id/mega nugraha)
Fenomena lesbian itu juga terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Bandung (Lapas Perempuan Bandung).
Di Lapas Perempuan Bandung, para lesbian bahkan lebih terang-terangan dan tak malu-malu.
Hal ini diakui seorang bekas penghuni Lapas Perempuan Kelas IIa Bandung, sebut saja Vir (40), saat ditemui Tribun di lapas tempatnya kini menjalani hukuman, belum lama ini.
"Memang tidak di depan para petugas. Tapi, kalau di depan warga binaan lain, terang-terangan, pelukan dan ciuman, sudah biasa," kata Vir.
Meski terang-terangan, kata Vir, lesbian di lapas tak pernah mengganggu narapidana lain. "Ini karena di lapas, lesbi biasanya sudah punya pasangan lesbi. Di rutan, jumlah lesbinya sedikit, jadi mereka biasanya mencari pelampiasan ke tahanan lain," kata Vir.
Fenomena lesbian di Lapas Perempuan Bandung, seperti yang diceritakan Vir, sebelumnya juga diakui Kepala Lapas Kelas II A Tangerang, Rafni Trikoriaty Irianta, saat masih menjabat sebagai Kepala Lapas Perempuan Bandung, beberapa waktu lalu.
Rafni mengatakan, di Lapas Bandung, ia tak jarang memergoki narapidana perempuan mojok berduaan sambil berpelukan atau berpegangan tangan.
"Tentu kami tegur. Kamu kira kalau ditegur mereka enggak marah? Mereka sering marah kalau ditegur. Mereka bilangnya, 'Enggak Bu, kami cuma dekat saja, sebatas curhat, cocok.'
Mereka selalu bilang agar saya jangan suudzon. Jadi, kami petugas lapas yang disalahin," ujar Rafni.
Pada banyak kesempatan acara bersama, kata Rafni, para narapidana lesbian kerap memisahkan diri dan memilih berduaan dengan pasangannya.
"Misalnya, kalau lagi nonton voli bareng-bareng atau ada sirahaman rohani, ada yang berdua aja. Kan kelihatan gaya-gaya gitu," ujarnya.
Rafni mengatakan, fenomena lesbian di lapas perempuan juga bisa cermati dari perubahan penampilan narapidana.
"Misalnya, ada perempuan yang tadinya rambut panjang, tiba-tiba jadi pendek, gaya-gaya cowok. Istilahnya kami sebut cowok jadi-jadian," kata Rafni.
Perilaku lesbian ini, kata Rafli, juga bakal dengan mudah dikenali saat mereka bertengkar dengan pasangannya. "Biasanya mereka berantem karena cemburu sama temannya, tapi suka enggak lama. Mereka ini hubungannya enggak permanen," ujar Rafni.
Menghadapi perilaku yang menyimpang ini, kara Rafni, sebagai kalapas, ia tentu tak tinggal diam.
"Langsung kami pisahkan lah, enggak tinggal sekamar.
Harus beda kamar, bahkan kalau memungkinkan dipisah bloknya. Lalu kami programkan mereka supaya sibuk, ngurus kebun, taman, olahraga, bersih-bersih, apa pun lah. Yang penting dia capek dan dia lupa sama perilaku menyimpangnya," ujar Rafni.
Lapas, kata Rafni, tidak akan pernah menoleransi perbuatan-perbuatan seperti itu. "Khawatir jadi penyakit. Lagian, kan, yang begituan dilarang," ujar Rafni
Ketegasan yang sama juga dikatakan Kepala Lapas Perempuan Bandung, Putranti Rahayu, yang baru menjabat awal Januari lalu menggantikan Rafni.
Sebagai abdi negara yang mengemban tugas di lapas, kata Putranti, apa pun akan ia lakukan untuk mencegah terjadinya perilaku seksual menyimpang para warga binaan.
"Baik melalui pendekatan agama, psikologis, maupun pendekatan pribadi," ujar Putranti.
Hal lain yang juga ia lakukan untuk mencegah perilaku lesbian adalah membiasakan warga binaannya untuk berpenampilan seperti perempuan. "Seperti menggunakan rok atau pakaian perempuan sebagaimana lazimya. Tapi sifatnya tidak wajib," ujarnya.
Hal serupa belakangan juga diterapkan di Rutan Perempuan Kelas IIa Bandung. Menyusul terungkapnya perilaku lesbian di rutan baru itu belum lama ini, pihak rutan mulai membiasakan para tahanannya memakai rok atau daster.
"Saya arahkan anak-anak untuk berpakaian seperti perempuan supaya nalurinya tetap sebagai perempuan," ujar Kepala Rutan Perempuan Kelas IIa Bandung, Dr Lilis Yuaningsih, kepada Tribun melalui pesawat telepon, Selasa (4/2).
Tak hanya itu, kata Lilis, para penghuni rutan yang terindikasi punya kelainan seks suka sejenis juga dipindahkan ke kamar yang penghuninya khusus perempuan lanjut usia atau lansia.
"Seperti pelaku percobaan seks terhadap sesama perempuan kemarin, diisolasi supaya perilakunya kembali normal. Ia diasuh oleh ibu-ibu lansia di kamar lansia sampai detik ini," ujar Lilis.
Sebelumnya diberitakan, seorang tahanan, Va (22), melapor telah menjadi korban pelecehan seksual oleh sesama tahanan di Rutan Perempuan Kelas IIa Bandung.
Menyusul laporan tersebut, pelakunya dihukum di ruang isolasi selama sepekan, sementara Va dipindahkan ke salah satu lapas di Jabar.
Setelah menjalani hukuman isolasi, pelaku langsung disatukamarkan dengan kamar yang dihuni para lansia.
"Masa iya sama ibu-ibu lansia masih suka 'belok'. Di kamar lansia itu yang paling tua 62 tahun. Jadi, itu kebijakan standar, sifatnya penindakan untuk mengantisipasi kelainan seks. Pencegahan lainnya, penghuni rutan yang terindikasi 'belok' harus pakai anting, rambutnya harus panjang. Intinya supaya kembali normal," ujar Lilis. (tribunjabar.id/mega nugraha)
loading...
Bandar Kartu Online Terpercaya
ReplyDeleteBISA BAYAR PAKAI PULSA TELKOMSEL XL & AXIS
YANG GAME DARI KAMI YANG TERLENGKAP
MULAI DARI |POKER | CEME | DOMINO99 | OMAHA | SUPER10 |
Permainan Judi online yang menggunakan uang asli dan mendapatkan uang Tunai
> Minimal Deposit : 10.000 > Minimal Withdraw : 20.000
> Bonus RAKEBACK Tiap Minggu > Proses Deposit & Withdraw PALING CEPAT
> Support Semua Bank Lokal di Indonesia
Bayar Pakai OVO
Bayar Pakai Gopay
Bayar Pakai Pulsa
WhastApp : 0812-2222-1680
WWWPOKERAYAMUS