BAPANAS/GORONTALO- Usai Sholat Ashar secara berjamaah di Mesjid An Nur Lapas Pohuwato, warga binaan dan masyarakat mulai berkumpul di ruang kunjungan.
Di ruang itu sudah terletak lima tolangga atau walima dengan bentuk yang berbeda. Diletakkan di depan warga binaan dan di depan Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas), penceramah serta pejabat Lapas lainnya.
Pantauan Gorontalo Post, bentuk tolangga atau walima kali ini cukup berbeda. Apabila adat Gorontalo mempergunakan berbagai jenis kue-kue dan nasi berwarna, berbeda lagi dengan model adat Sulsel, dimana yang menjadi hiasan walima adalah ratusan telur yang sudah masak, digantung mempergunakan bamboo yang telah dipotong kecil dan kemudian ditancapkan dibatang pohon pisang.
Jumlahnya pun cukup banyak yakni mencapai kurang lebih 100-200 butir telur. Selain itu, ada pula buah yang diletakkan dalam satu walima serta makanan khas Sulsel Kaddo’ Minyak atau nasi ketan kuning.
![]() |
Warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Pohuwato turut melakukan kegiatan tersebut. Bahkan pada perayaan tersebut, disatukan antara adat Gorontalo dan Sulawesi Selatan (Sulsel). |
Ada pula telur lainnya yang sudah masak disiapkan didalam 35 ember untuk dibagikan kepada warga binaan serta masyarakat.
Pada pelaksanaannya, warga binaan mendengarkan pembacaan kalam ilahi, sambutan Kalapas Pohuwato, Rusdedy, ceramah agama dari Ustadz Fahri Djafar, shalawatan dan kemudian makan bersama.
Beberapa warga binaan yang sempat diwawancarai Gorontalo Post menjelaskan, kue dan makanan ini dibuat langsung di dalam Lapas Pohuwato dan kemudian diatur serta disusun oleh warga binaan sendiri.
“Kami yang membuatnya pak selama seharian. Alhamdulillah hasilnya memuaskan untuk bisa dinikmati secara bersama-sama,” ungkap para warga binaan yang ditemui usai Sholat Magrib semalam.
Sementara itu, Ka Lapas Pohuwato, Rusdedy ketika diwawancarai menjelaskan, di Lapas Pohuwato ada campuran masyarakat yakni warga binaan asal Gorontalo dan ada pula dari Sulsel. Dari total 71 warga binaan, sedikitnya ada 10 orang yang merupakan warga Sulsel.
Oleh karena itu, pihaknya berinisiatif untuk menggabungkan dua adat yakni Gorontalo dan Sulsel dalam peringatan Maulid Nabi ini.
“Tujuan dari kegiatan ini tidak lain agar bisa lebih meriah lagi serta memiliki kesan bagi masyarakat dan warga binaan, baik itu dari Gorontalo maupun Sulsel. Alhamdulillah pula semuanya senang, karena bisa turut bersama-sama merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW, sebagaimana yang dilakukan di luar Lapas,” ungkapnya.
Lanjut kata Kalapas Rusdedy, pelaksanaan kegiatan keagamaan seperti ini diharapkan agar bisa tercipta suasana yang islami di dalam Lapas Pohuwato serta warga binaan bisa menteladani sifat-sifat baik dari Nabi Muhammad SAW.
“Pendekatan keagamaan ini pula merupakan salah satu upaya pembinaan kepada warga binaan Lapas Pohuwato, untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Tak hanya itu saja, pelaksanaan kegiatan keagamaan di Lapas Pohuwato sudah dilaksanakan setiap harinya. Mulai dari pelaksanaan dzikir sebelum sholat jumat, yasinan pada malam jumat, tadarus al-qur’an setiap usai sholat ashar serta pembelajaran Iqra’.
Bagi warga binaan yang belum bisa baca tulis Al-Qur’an, disamping sholat berjamaah yang setiap saat dilaksanakan di Mesjid An Nur Lapas Pohuwato. Semoga kedepan hal ini bisa terus dilaksanakan,” pungkasnya.(harco)
loading...
Post a Comment