JAKARTA,(BPN)- Memprihatinkan kondisi Lapas Kelas IIA Banjarmasin,dimana idealnya lapas ini seharusnya di huni oleh 366 orang Narapidana (napi) namun hampir 2.500 napi maupun tahanan saat ini terpaksa berdesakan menghabiskan hari-harinya di lapas banjarmasin.
Hal tersebut seolah menyuguhkan potret 'rimba' dari balik sel tahanan. Puluhan pelaku kriminal berjejal, berebut ruang gerak. Mereka akhirnya membentangkan kain di antara langit-langit dan lantai sel, membuat semacam ayunan rumah pohon untuk tidur.
Para napi itu terlihat mengikatkan kain dari terali sel ke paku di tembok. Posisinya, seperti tarzan yang tidur bergelayutan di antara 2 pohon.
"Sistem kamar kita ada 1-3-7. Ada yang satu, untuk satu orang, tiga untuk tiga orang, tujuh untuk tujuh orang. Tapi yang (kamar berkapasitas) satu orang, kita isi lima. Yang tiga orang, kita isi 20 orang. (Satu sel) ada yang isi 40, 30, 25 (orang)," kata Kepala Lapas Kelas IIA Hendra Eka Putra kepada detikcom, Minggu (26/2/2017) malam.
Hendra menjelaskan luas sel tahanan beragam, sesuai dengan peruntukan kapasitasnya. Misalnya sel untuk satu orang berukuran 2 x 1 meter. Sedangkan yang untuk 3 orang berukuran 6 x 3 meter dan seterusnya.
Jadi seharusnya tiap warga binaan memiliki keleluasaan gerak seluas 2 meter persegi. "Kalau normal role-nya, itu. Ini kan tidak (sesuai dengan aturan), jadi kan mereka tidurnya gelantungan, gantung pakai tali," beber Hendra.
![]() |
Kondisi napi lapas banjarmasin yang tidur berayunan |
Sebagai orang yang bertanggung jawab atas kehidupan warga lapas, Hendra mengakui kondisi yang saat ini berjalan tak layak untuk dirasakan warga binaan. Hendra sudah menginformasikan kondisi lapas itu kepada Kemenkum HAM dan beberapa pejabat yang pernah mengunjungi 'istananya'.
"Tidak layak (dari sudut manusiawi). Saya sudah laporkan ke Kemenkum HAM. Ada Komisi III yang datang ke sana sendiri, Pak Desmon dan Pak Suding, tahun lalu. Saya katakan ini sudah over-crowded," ucap dia.
Tak hanya minim sarana dan prasarana, Hendra berkata, lembaganya juga mengalami kekurangan sumber daya manusia (SDM), dalam hal ini sipir. Kata dia, hanya ada 27 sipir yang sehari-hari menjaga 2.500 narapidana atau tahanan.
"Satu regu jaga ada 9 orang, dikali tiga shift, 27 sipir untuk 2.500 warga binaan. Sangat minim pengawasan, sarana-prasarananya tidak ada. CCTV saja saya baru dapat. Senjata juga kita senjata tua, nggak ada izin senjatanya karena harus izin sampai ke Mabes Polri," jelas Hendra.(Detikcom)
loading...
Post a Comment