PEKANBARU,(BPN)- Budidaya ikan sistem longyam adalah sistem usaha tani terpadu dengan memelihara ikan sekaligus ayam. Longyam merupakan akronim dari bahasa Sunda (Jawa Barat) Balong dan Hayam atau kolam dan ayam. Sistem longyam merupakan perpaduan kegiatan budidaya yang saling menguntungkan dimana dua kegiatan budidaya berjalan bersama-sama. Secara tidak langsung, pembudidaya ikan dengan sistem longyam akan menghasilkan penghasilan ganda.
Selain memanen ikan, sistem ini pun dapat memanen ayam dari kegiatan peternakan ayamnya. Keuntungan yang diperoleh dalam sistem ini yaitu kotoran ayam yang jatuh ke kolam. Kotoran tersebut akan menghasilkan pakan alami berupa plankton, yang sangat berguna bagi pertumbuhan ikan. Selain bisa menumbuhkan pakan alami, kotoran ayam tersebut bisa menjadi pakan langsung bagi ikan sehingga dapat mengurangi biaya pakan.
Kotoran ayam tidak menimbulkan bau yang tak sedap dan kotoran ayam yang dapat langsung dimakan oleh ikan terutama yang sudah kering. Sementara sisa kotoran itu bisa menjadi pupuk yang secara kontinu menyuburkan kolam.
Sistem longyam inilah yang diuji cobakan pada areal pertanian dan peternakan Lapas Pekanbaru mulai 80 hari yang lalu dan pada hari Kamis (4/1/2018) Kalapas Pekanbaru, Yulius Sahruzah, bersama Kadiv Pemasyarakatan Riau, Lilik Sujandi, melaksanakan panen perdana budidaya ikan lele ini bersama pejabat struktural dan beberapa staf. Untuk ujicoba perdana sistem longyam ini telah ditebar bibit ikan lele sebanyak 11.000 ekor yang dibagi kedalam kolam pertama sebanyak 5.000 ekor dan kolam kedua sebanyak 6.000 ekor.
Kolam pertama inilah yang dipanen terlebih dahulu karena pertumbuhannya lebih cepat dikarenakan posisi kolam yang berada dibawah kandang ayam potong yang berisi 1.000 ekor ayam. Bibit ikan lele ukuran 3-5 cm diperoleh dengan harga Rp.150,-/ekor dengan pakan selama 80 hari sebanyak 10 karung (50 Kg) seharga Rp.385.000/karung sehingga modal yang dikeluarkan untuk budidaya ini adalah sebesar Rp. 4.600.000,- (Bibit Rp. 750.000,- dan Pakan Rp. 3.850.000,-).
Hasil panen yang diperoleh berkisar 522 Kg yang langsung ditampung oleh penampung local yang dating dari Rumbai Pekanbaru, dengan harga Rp.14.000/Kg sehingga total pendapatan panen sebesar Rp.7.308.000,-.
Estimasi keuntungan yang diperoleh dari budidaya ikan lele selama 80 hari adalah Rp.2.708.000,- dengan ukuran kolam sebesar 5 x 12 meter. Tentu bukan keuntungan semata yang menjadi target kegiatan ini melainkan suatu kebahagian dan kebanggaan karena saat ini lapas bukan lagi lagi dianggap instansi yang banyak menghabiskan uang rakyat melainkan dapat memberikan sesuatu pemasukan ke kas negara melalui PNBP penjualan hasil budidaya ikan tersebut.
Kedepannya Lapas Pekanbaru akan terus berusaha meningkatkan hasil produksi melalui kegiatan bimbingan kerja baik dalam bidang pertanian, peternakan, maupun perikanan.
Kalapas Pekanbaru yang turut menimbang hasil panen ikut senang berbangga hati atas prestasi ini dan beliau mengharapkan agar tidak cepat puas dan terus berusaha untuk meningkatkan hasil produksi.
“Mari kita tunjukkan kepada masyarakat bahwa kita bisa berprestasi dan berguna bagi bangsa ini” ajak kalapas dengan semangat. Kadivpas Riau pun turut ambil bagian dalam panen kali ini dengan ikut menarik jala yang ada di kolam dan berpesan bahwa lapas merupakan fasilitas yang diberikan negara untuk membina orang-orang yang melanggar hukum, sebab itu marilah kita bersama-sama menggiatkan kegiatan pembinaan keterampilan dan keahlian agar setelah bebas nanti mereka bisa menjadi manusia yang lebih baik dan bermartabat.
“Kegiatan ini dikatakan berhasil apabila banyak melibatkan WBP dalam pelaksanaannya dan WBP tersebut nantinya berdayaguna pada masyarakat banyak” sambung kadivpas.
Jauhari, salah satu dari 11 WBP yang mengikuti program budidaya ini tidak dapat menyembunyikan kebahagiannya saat melihat hasil panen yang melimpah. “Gak sia-sia kami mengikuti kegiatan ini pak, ikannya besar-besar dan montok” ucapnya sambal menguras air kolam.(Red/rls)
loading...
Post a Comment