MOJOKERTO,(BPN)- Hari Bakti Pemasyarakatan diperingati dengan cara berbeda oleh Lapas Klas IIB Mojokerto, Senin (17/4/2017). Mereka mengerahkan belasan napi untuk merehab gedung panti asuhan di Desa Gemekan, Kecamatan Sooko. Kegiatan sosial ini sekaligus menyiapkan mental para napi untuk kembali berbaur dengan masyarakat.
Belasan napi itu tiba di Panti Asuhan Abdulloh Latief dengan pengawalan sipir Lapas Mojokerto. Berseragam kaus biru, mereka terlihat bersemangat mengerjakan perbaikan gedung setelah mendapat arahan singkat dari kepala lapas.
Menggunakan cangkul, sabit, dan sapu lidi, sebagian warga binaan itu sibuk membersihkan rumput liar di halaman panti asuhan. Sebagian lainnya melakukan pengecatan tembok asram a dan masjid panti yang mulai mengelupas dan pudar.
Tampak senyum kebahagiaan terpancar dari wajah para napi itu. Bagaimana tidak, setelah bertahun-tahun hanya bisa melihat jeruji besi di dalam lapas, kini mereka bisa menghirup udara bebas. Meski hanya sehari, keluar dari lingkungan lapas menjadi anugerah besar bagi mereka.
"Ini pertama kalinya saya keluar dari lapas, rasanya sangat lega, kayak di rumah," kata Muhammad Agus Marfuk Suaidi, napi kasus kecelakaan lalu lintas asal Malang kepada wartawan.
Tak bisa dipungkiri, bertahun-tahun bergaul dengan sesama warga binaan, membuat para napi itu terlihat canggung saat berinteraksi langsung dengan masyarakat. Selain identitas yang melekat sebagai napi, tato di tangan dan kaki para napi tentunya membawa kesan garang di masyarakat.
Namun, keramahan para napi itu bisa sedikit memudarkan kesan tersebut. Terbukti, dengan penampilan garang, mereka bisa bergurau dengan anak-anak penghuni panti asuhan. Dalam waktu singkat, keakraban terjalin di antara mereka.
"Kegiatan ini sangat bagus karena rata-rata kami sebagai napi akan canggung bertemu masyarakat. Dengan baksos ini kami yang sudah dibina di dalam lapas harus menunjukkan kredibelitas napi supaya tak canggung," ujar Agus.
Kalapas Mojokerto, Muhammad Hanafi menuturkan, baksos rehab panti asuhan ini digelar selama tiga hari dengan dana dari Lapas Mojokerto. Meliputi pengecatan ulang gedung asrama dan masjid, perbaikan plafon dan pembersihan lingkungan sekitar panti. Di hari pertama, pihaknya mengerahkan 14 napi.
"Kami mempunyai penilaian subjektif, para napi ini sudah melalui tahapan seleksi yang memungkinkan untuk dikeluarkan dari lapas. Berikutnya akan kami upayakan untuk pengerahan napi sebanyak-banyaknya," jelasnya.
Hanafi berharap, pengerahan warga binaan dalam kegiatan sosial ini bisa melatih para napi untuk kembali berbaur dengan masyarakat.
"Pada momen Hari Pemasyarakatan 27 April nanti, kami baksos sekaligus mengintegrasikan napi dengan masyarakat Mojokerto. Dengan latar belakang apapun, para napi punya kesempatan bersosialisasi dengan masyarakat," terangnya.
Sementara Pengurus Panti Asuhan Abdulloh Latief, Rois Mu'ayat Fahmi mengatakan, lembaga sosial ini didirikan tahun 1990. Saat ini menampung sekitar 70 anak yatim piatu dan fakir miskin. Keterbatasan dana yang dimiliki, membuat perawatan gedung panti kurang tersentuh.
"Memang kondisinya kurang perawatan pada cat tembok, kamar mandi kurang. Kami sangat terbantu, untuk pengecatan kami tak perlu keluar dana, bisa dipakai untuk keperluan yang lain," tandasnya. (Detikcom)
loading...
Post a Comment