SURABAYA,(BPN)-Kepala Kepolisian Jawa Timur Irjen Pol Machfud Arifin (ketiga kanan) beserta pemuka agama menunjukkan barang bukti sabu saat gelar barang bukti dari sejumlah kasus penyalagunaan narkoba di halaman Mapolda Jawa Timur, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (3/2/2017).
Badan Narkotika Nasional mengungkap 39 lembaga pemasyarakatan (lapas) terindikasi ikut mengendalikan peredaran narkoba jaringan internasional. Lapas itu tersebar di sejumlah wilayah dan umumnya di kota besar. "Seperti Jakarta, Medan, Jawa Tengah, Jawa Timur," kata Kepala BNN, Komjen Budi Waseso, Jumat (3/2/2017).
Pada September 2016 Budi pernah mengungkap kalau terdapat 72 jaringan internasional narkoba yang bermain di Indonesia. Dari total itu, 48 di antaranya menggunakan 22 lapas untuk beroperasi.
Penyelidikan terbaru BNN mendapati kalau jaringan narkoba internasional yang dominan adalah jaringan Tiongkok. Jaringan ini bisa berkomunikasi dengan napi di lapas untuk mengendalikan peredaran narkoba di luar penjara.
Serbuan jaringan Tiongkok ke Tanah Air dibuktikan BNN dengan menggagalkan peredaran jenis narkoba 4-klorometkatinon atau dikenal dengan 4-CMC baru-baru ini. Narkoba berbentuk cairan ini didapatkan para pelaku dari Tiongkok. "Kami berhasil dapat 50 liter cairan 4-CMC," ujar Budi saat jumpa pers di kantor BNN, Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, Kamis (2/2/2017).
Narkoba 4-CMC merupakan senyawa turunan katinon berbentuk kristal putih. Khusus di Indonesia, 4-CMC beredar dalam bentuk cair berwarna biru dengan kemasan jual bernama Blue Safir. Selain biru, Balai Laboratorium BNN mengidentifikasi ada warna lain yang digunakan. Seperti cokelat, hijau dan kuning.
Tidak ada takaran pasti berapa komposisi 4-CMC untuk dicampur dalam minuman. Namun, dari pengakuan tersangka, serbuk ini dapat dikemas lagi menjadi cairan siap saji sebagai campuran minuman.
Setiap 1 kilogram serbuk, menurut pengakuan tersangka, dapat menghasilkan 1.200 botol siap saji dengan volume 15 mililiter per botol. Di pasaran, minuman yang telah dicampur serbuk ini bermerek dagang Snow White dan dibanderol Rp600 ribu per gelas.
Peredaran 4-CMC di Indonesia laris manis. Yang memudahkan narkoba jenis ini lekas ngehip adalah karena bisa digunakan melalui rokok elektrik atau vape. Sebab itu BNN akan melakukan pengawasan lebih ketat terhadap toko penjual cairan rokok elektrik.
Modus penyelundupan ala jaringan Tiongkok ini adalah melalui perusahaan jasa titipan. Cara ini terbongkar ketika petugas Bea Cukai Bandara Soekarno-Hatta mengendus paket mencurigakan dari Tiongkok pada 13 Januari 2017. Paket itu tercatat akan dikirim ke sebuah alamat di Tangerang.
Selain Tiongkok, bandar besar dari Malaysia dan Singapura juga menyasar Indonesia. Hal itu terdeteksi BNN dari rekaman percakapan telepon seluler yang didapat dari sejumlah lapas ke sejumlah bandar di luar negeri.
"Alat pendeteksi kami mampu menangkap semua percakapan di telepon seluler di dalam LP, termasuk negara-negara yang masuk dalam jaringan komunikasi itu. Kami bisa tahu sampai titik koordinat lokasi percakapan," ujar Budi.
Terakhir, BNN mendapati empat narapidana Lapas Tanjung Gusta, Medan, yang mengendalikan penyelundupan 10 kilogram sabu dari Malaysia. Empat napi itu mendapat bantuan dari 11 orang lainnya untuk mengedarkan.
Inspektur Jenderal Arman Depari, Deputi Bidang Pemberantasan BNN, mengungkap hampir seluruh lapas terindikasi sebagai tempat transaksi. Dalam catatannya, transaksi itu mayoritas terdapat di kota-kota besar, yaitu Lapas Cipinang, Lapas Wanita Pondok Bambu di Jakarta, Lapas Kerobokan di Bali, Lapas Medaeng di Surabaya dan Lapas Pemuda Tangerang.
Wakil Ketua Komisi III DPR Trimedya Panjaitan menilai pemberantasan peredaran narkoba dari dalam lapas bukan hal mudah. Permasalahannya adalah aparat masih longgar dalam melakukan pengawasan.
"Memang perlu tindakan yang tegas terhadap aparatur. Mereka (napi) bisa bebas (melakukan transaksi) kan karena aparatur," kata Trimedya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (3/2/2017).
Seringkali, kata dia, narapidana memberi uang pelicin kepada para pegawai lapas untuk bisa bebas "berkegiatan". "Kepala Lapas banyak yang main golf. Dari mana dia? Kami sering dengar stiknya dari narapidana juga, member (keanggotaan) golfnya dibiayai narapidana juga," tutur Politisi PDI Perjuangan itu.
Untuk menyelesaikan persoalan ini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), Yasonna Laoly meminta Budi Waseso menyerahkan nama-nama narapidana yang diduga mengendalikan jaringan narkoba internasional dari dalam lapas.
"Akan lebih baik saya minta ke Kepala BNN, nama-nama (napi) itu kasih ke saya, kirim ke Sindur atau ke Nusakambangan Pasir Putih. Seperti teroris kan di situ, tidak bisa gerak dia," kata Yasonna di kompleks Istana Negara, Jumat (3/2/2017).
Yasonna mengatakan antara Kemenkumham dengan BNN maupun Polri sebenarnya sudah ada kerja sama untuk mengawasi persoalan ini. Sehingga, ketika BNN menemukan ada indikasi keterlibatan napi, tinggal serahkan namanya ke Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
"Kesepakatan kami ada polisi yang mengawasi, ada BNN, sehingga tidak ada yang jadi kambing hitam. Baiknya kan begitu (serahkan namanya-red)," tutur Yasonna.
Ia menyebutkan, telah terjadi ratusan operasi pembasmian narkoba di lapas. Menurut dia, efek operasi itu telah terjadi penurunan angka peredaran narkoba.
"Tapi tidak mudah tampaknya, karena ini menyangkut uang yang sangat besar, jaringan yang besar," ujar Yasonna.(beritaagar)
Badan Narkotika Nasional mengungkap 39 lembaga pemasyarakatan (lapas) terindikasi ikut mengendalikan peredaran narkoba jaringan internasional. Lapas itu tersebar di sejumlah wilayah dan umumnya di kota besar. "Seperti Jakarta, Medan, Jawa Tengah, Jawa Timur," kata Kepala BNN, Komjen Budi Waseso, Jumat (3/2/2017).
Pada September 2016 Budi pernah mengungkap kalau terdapat 72 jaringan internasional narkoba yang bermain di Indonesia. Dari total itu, 48 di antaranya menggunakan 22 lapas untuk beroperasi.
Penyelidikan terbaru BNN mendapati kalau jaringan narkoba internasional yang dominan adalah jaringan Tiongkok. Jaringan ini bisa berkomunikasi dengan napi di lapas untuk mengendalikan peredaran narkoba di luar penjara.
Serbuan jaringan Tiongkok ke Tanah Air dibuktikan BNN dengan menggagalkan peredaran jenis narkoba 4-klorometkatinon atau dikenal dengan 4-CMC baru-baru ini. Narkoba berbentuk cairan ini didapatkan para pelaku dari Tiongkok. "Kami berhasil dapat 50 liter cairan 4-CMC," ujar Budi saat jumpa pers di kantor BNN, Jalan MT Haryono, Jakarta Timur, Kamis (2/2/2017).
Narkoba 4-CMC merupakan senyawa turunan katinon berbentuk kristal putih. Khusus di Indonesia, 4-CMC beredar dalam bentuk cair berwarna biru dengan kemasan jual bernama Blue Safir. Selain biru, Balai Laboratorium BNN mengidentifikasi ada warna lain yang digunakan. Seperti cokelat, hijau dan kuning.
Tidak ada takaran pasti berapa komposisi 4-CMC untuk dicampur dalam minuman. Namun, dari pengakuan tersangka, serbuk ini dapat dikemas lagi menjadi cairan siap saji sebagai campuran minuman.
Setiap 1 kilogram serbuk, menurut pengakuan tersangka, dapat menghasilkan 1.200 botol siap saji dengan volume 15 mililiter per botol. Di pasaran, minuman yang telah dicampur serbuk ini bermerek dagang Snow White dan dibanderol Rp600 ribu per gelas.
Peredaran 4-CMC di Indonesia laris manis. Yang memudahkan narkoba jenis ini lekas ngehip adalah karena bisa digunakan melalui rokok elektrik atau vape. Sebab itu BNN akan melakukan pengawasan lebih ketat terhadap toko penjual cairan rokok elektrik.
Modus penyelundupan ala jaringan Tiongkok ini adalah melalui perusahaan jasa titipan. Cara ini terbongkar ketika petugas Bea Cukai Bandara Soekarno-Hatta mengendus paket mencurigakan dari Tiongkok pada 13 Januari 2017. Paket itu tercatat akan dikirim ke sebuah alamat di Tangerang.
Selain Tiongkok, bandar besar dari Malaysia dan Singapura juga menyasar Indonesia. Hal itu terdeteksi BNN dari rekaman percakapan telepon seluler yang didapat dari sejumlah lapas ke sejumlah bandar di luar negeri.
"Alat pendeteksi kami mampu menangkap semua percakapan di telepon seluler di dalam LP, termasuk negara-negara yang masuk dalam jaringan komunikasi itu. Kami bisa tahu sampai titik koordinat lokasi percakapan," ujar Budi.
Terakhir, BNN mendapati empat narapidana Lapas Tanjung Gusta, Medan, yang mengendalikan penyelundupan 10 kilogram sabu dari Malaysia. Empat napi itu mendapat bantuan dari 11 orang lainnya untuk mengedarkan.
Inspektur Jenderal Arman Depari, Deputi Bidang Pemberantasan BNN, mengungkap hampir seluruh lapas terindikasi sebagai tempat transaksi. Dalam catatannya, transaksi itu mayoritas terdapat di kota-kota besar, yaitu Lapas Cipinang, Lapas Wanita Pondok Bambu di Jakarta, Lapas Kerobokan di Bali, Lapas Medaeng di Surabaya dan Lapas Pemuda Tangerang.
Wakil Ketua Komisi III DPR Trimedya Panjaitan menilai pemberantasan peredaran narkoba dari dalam lapas bukan hal mudah. Permasalahannya adalah aparat masih longgar dalam melakukan pengawasan.
"Memang perlu tindakan yang tegas terhadap aparatur. Mereka (napi) bisa bebas (melakukan transaksi) kan karena aparatur," kata Trimedya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (3/2/2017).
Seringkali, kata dia, narapidana memberi uang pelicin kepada para pegawai lapas untuk bisa bebas "berkegiatan". "Kepala Lapas banyak yang main golf. Dari mana dia? Kami sering dengar stiknya dari narapidana juga, member (keanggotaan) golfnya dibiayai narapidana juga," tutur Politisi PDI Perjuangan itu.
Untuk menyelesaikan persoalan ini Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), Yasonna Laoly meminta Budi Waseso menyerahkan nama-nama narapidana yang diduga mengendalikan jaringan narkoba internasional dari dalam lapas.
"Akan lebih baik saya minta ke Kepala BNN, nama-nama (napi) itu kasih ke saya, kirim ke Sindur atau ke Nusakambangan Pasir Putih. Seperti teroris kan di situ, tidak bisa gerak dia," kata Yasonna di kompleks Istana Negara, Jumat (3/2/2017).
Yasonna mengatakan antara Kemenkumham dengan BNN maupun Polri sebenarnya sudah ada kerja sama untuk mengawasi persoalan ini. Sehingga, ketika BNN menemukan ada indikasi keterlibatan napi, tinggal serahkan namanya ke Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.
"Kesepakatan kami ada polisi yang mengawasi, ada BNN, sehingga tidak ada yang jadi kambing hitam. Baiknya kan begitu (serahkan namanya-red)," tutur Yasonna.
Ia menyebutkan, telah terjadi ratusan operasi pembasmian narkoba di lapas. Menurut dia, efek operasi itu telah terjadi penurunan angka peredaran narkoba.
"Tapi tidak mudah tampaknya, karena ini menyangkut uang yang sangat besar, jaringan yang besar," ujar Yasonna.(beritaagar)
loading...
Post a Comment