LANGKAT,(BPN)- Tidak semua dapat dengan mudah dibenahi seperti membalikkan telapak kaki tangan ataupun layaknya memakan cabai rawit, itulah kata kiasan yang menggambarkan betapa sulitnya merubah sesuatu perilaku yang telah membudaya.
Hal ini seperti terjadi Lapas Narkotika Klas III Simpang Ladang Langkat, Sumatera Utara,dimana di lapas ini beberapa tahun sebelumnya dikenal marak peredaran narkoba serta pungli (pungutan liar).
Dibawah kepemimpinan Kalapas yang baru Lapas Narkotika Klas III Simpang Ladang Hinai ini perlahan (step by step) mulai terbenahi,segala sesuatu mulai berjalan seperti mana mestinya.
Namun walau demikian tentunya semua memiliki konsekwensi dan dampak baik negatif maupun positif dalam proses pembenahan.
Bagi pembinaan napi ini merupakan adalah manfaat positif namun disisi lain banyak pihak merasakan dampak negatif atas pembenahan yang dilakukan oleh kepala lapas.
Salahsatunya adalah kebiasaan buruk para oknum petugas yang dahulunya sangat mudah serta leluasa melakukan pungli,kini tidak diperbolehkan lagi,bahkan peredaran narkoba yang melibatkan peran oknum petugas juga tidak dapat dilakukan lagi.
Alhasil sejumlah oknum petugas lapas mulai kembali melakukan kegiatan pungli secara diam-diam serta terorganisir,dimana oknum petugas lapas menekankan kepada penghuni setiap kamarnya untuk mendapatkan pulsa kemudian menjualnya kepada petugas dengan harga miring.
Kepada redaksi,sejumlah napi mengakui dalam dua pekan belakangan ini para napi setiap blok dan kamar diwajibkan untuk mendapatkan pulsa sebanyak 1 juta/perhari kemudian dijualkan kepada petugas.
“ Baru dalam dua minggu ini,kami setiap kamarnya diminta oleh pegawai kamtib untuk mencarikan pulsa yang setiap harinya harus ada 1juta,terus pulsa itu harus kami jual kepada mereka dengan harga miring, misalnya pulsa 100 dibeli 60 ribu,pulsa 50 dibeli 30 ribu “,ungkap salahsatu napi kepada redaksi, Kamis (08/11/2018).
Modus pungli yang dijalankan ini terkesan sangat tertutup dan rapi,mengapa tidak pulsa tersebut oleh para napi tidak lansung dibeli oleh petugas kamtib namun diberikan pada napi pengelola kantin berinitial Her yang kemudian diteruskan kepada petugas kamtib berinitial MSH dan Su.
Masih menurut penghuni lapas simpangladang, para napi diberikan giliran perkamarnya setiap harinya untuk mendapatkan pulsa dari luar lapas, jika dalam satu hari para napi perkamarnya tidak memenuhi permintaan oknum pertugas maka akan berakhir dengan tindakan kekerasan terhadap napi kepala kamar atau palkam.
“ Jadi digilir setiap harinya perkamar,jadi kami satu kamar harus bisa dapatkan pulsa dari luar terus kami bawa ke kantin kemudian diserahkan ke pegawai kamtib, nah kalau tidak ada kepala kamar kami yang digebuki seperti kemarin, Rabu (07/11) ada kepala kamar namanya Priadi alias pelak palkam 14, cecep dan ema dipanggil ke atas terus dipukuli 6 kali,uang mereka diambil semua “,beber napi lainnya yang melihat lansung saat pemanggilan ketiga napi tersebut.
Sementara itu MSH dan Su, dua Oknum petugas kamtib Lapas Klas III Narkotika Langkat yang dihubungi redaksi, Jum'at (9/11) melalui sambungan telepon selulernya membantah adanya informasi miring tersebut.
MSH juga membantah adanya kekerasan yang dilakukan kepada napi, menurut MSH di lapas narkotika langkat napi tidak ada yang dilakukan kekerasan melainkan dilaksanakan pembinaan.
" Tidak benar itu pak, informasi boleh-boleh aja namun itu tidak benar,disini napi tidak dipukuli,kalau pun ada pasti sudah lapor sama keluarganya,yang ada napi disini dibina ", ujar MSH singkat.
Kemudian dilanjutkan konfirmasi pada petugas Su, " Tidak benar itu pak,saat ini kami sedang lakukan pembenahan dan kami tidak bersentuhan lansung dengan warga binaan,yang ada adalah kami terus lakukan penertiban penggunaan HP dengan melakukan razia perkamarnya ", jelas petugas Su kepada redaksi.(Red)
loading...
Post a Comment