ATAMBUA,(BPN) - Ketiadaan dokter pada Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Atambua mendapat respons positif dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Belu. Meski tenaga dokter di Belu masih kurang, kondisi di Lapas Atambua bisa diatasi.
Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Kabupaten Belu, Theresia Saik, kepada Pos Kupang, Selasa (8/8/2017), mengatakan, selama ini ada dokter yang memberikan pelayanan di Lapas Atambua, tapi itu hanya sekali sebulan.
Sedangkan untuk pengobatan, bisa langsung ke Puskesmas Atambua Selatan karena Lapas Atambua berada dalam wilayah pelayanan Puskesmas Atambua Selatan.
“Lapas ini masuk wilayah Kecamatan Atambua Selatan. Di puskesmas sudah ada dokter. Memang pelayanan kesehatan di Lapas tidak setiap minggu, tapi sekali sebulan,” jawabnya.
Meski tidak ada dokter khusus Lapas, Theresia mengatakan bisa disiapkan sepanjang ada permintaan resmi dari Lapas.
Nanti berdasarkan permintaan dari pihak Lapas Atambua, lanjut Theresia, pihaknya bisa mengatur jadwal agar ada dokter yang memberikan pelayanan di Lapas secara rutin.
“Tidak ada dokter khusus untuk Lapas, tapi kalau mereka mau, mereka boleh minta, memang kita keterbatasan tenaga dokter, tapi kita bisa atur,” ujarnya.
Kepala Lapas Atambua, Ridwantoro yang dihubungi terpisah mengatakan siap memasukkan permohonan kepada Pemda Belu agar ada dokter yang setiap saat bisa melayani Lapas Atambua.
“Jika aturannya begitu, maka kami akan segera buat permohonan kepada Pemda. Karena memang selama ini pelayanan dokter hanya sekali sebulan,” tukasnya.
Sebelumnya diberitakan, warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Atambua mengeluhkan tidak adanya dokter yang melakukan pelayanan di sana.
Hal ini membuat mereka sangat menderita jika mengalami sakit karena umumnya mereka baru dibawa ke rumah sakit jika sudah pingsan.
Hal ini membuat mereka sangat menderita jika mengalami sakit karena umumnya mereka baru dibawa ke rumah sakit jika sudah pingsan.
Demikian keluhan salah satu warga binaan Lapas Atambua, Alfonso, saat berdialog dengan Anggota DPR RI, Viktor Laiskodat di Lapas Atambua, Sabtu (5/8/2017).
Dikatakannya, karena ketiadaan dokter, mereka lebih memilih berdoa ketika sakit.
“Kami di sini sampai pingsan dulu baru dibawa ke rumah sakit, Sebelum pingsan tidak mungkin dibawa. Mungkin petugas juga was-was karena sebelum kami, senior-senior kami pernah lari di rumah sakit,” kata Alfonso disambut tawa.
Menurutnya, jika saja ada dokter yang rutin membuka pelayanan di sana, maka bisa dilakukan deteksi dini terhadap penyakit sebelum parah.
Karena itu, mereka berharap keluhan ini diperhatikan oleh pemerintah.
“Kami mohon supaya Bapak bisa sampaikan kepada pihak yang berkompeten, agar kalau bisa, dokternya satu ditaruh di sini. Minimal satu minggu tiga kali. Ini tidak ada sama sekali, jadi kalau sakit ya hanya berdoa kepada Tuhan saja,” ujarnya. (tribunnews)
loading...
Post a Comment