BAPANAS/CIBINONG- Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Cibinong Kabupaten Bogor didominasi warga binaan asal daerah setempat.
Padahal, Kepala Kantor Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia Wilayah Jawa Barat Susi Susilawati mengakui, pembangunan Lapas tersebut awalnya untuk membantu menampung warga binaan dari wilayah Ibu Kota Jakarta.
"Itu artinya tingkat kriminalitas di Kabupaten Bogor tinggi dibandingkan Kota Bogor kalau dilihat dari isi lapas," kata Susi Susilawati seusai acara serah terima jabatan Kepala Lapas Cibinong, Selasa 10 Januari 2017.
Ia membandingkan, jumlah warga binaan di Lapas Kota Bogor sebanyak sekitar 700 orang, sementara di Lapas Cibinong mencapai lebih dari 1.400 orang.
Jumlah tersebut juga dianggap Susi melebihi kapasitas ruangan Lapas Cibinong yang idealnya menampung 930 orang, sementara Lapas Kota Bogor hanya berdaya tampung 500-an orang. Meski tak sesuai dengan fungsi dan kapasitas yang direncanakan, Kemenkumham menurutnya tak punya pilihan lain.
Tingkat hunian di Lapas, menurut Susi, tergantung pada upaya menurunkan angka kriminalitas oleh aparat penegak hukum. Selain itu, ia menganggap perlu adanya koordinasi yang baik antara penegak hukum, Kemenkumham dan unsur pemerintah daerah berkaitan dengan upaya tersebut.
"Terkadang, tingkat kriminalitas tinggi juga disebabkan oleh faktor ekonomi. Berarti mungkin di sini tingkat pengangguran tinggi," kata Susi. Ia mencontohkan faktor tersebut terjadi pada kasus-kasus pengedaran narkoba. Tak heran menurutnya bila sekitar 60 persen warga binaan yang ada di lapas-lapas Jawa Barat adalah terpidana kasus narkoba.
Menanggapi hal itu, Kepala Polisi Resor Bogor Andi M Dicky Pastika menganggap jumlah penghuni lapas yang membeludak tidak berkaitan langsung dengan tingkat kriminalitas di suatu daerah. Ia menegaskan, jumlah kasus kriminalitas di daerahnya justru menurun pada 2016 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Dicky menyebut jumlah kasus kriminalitas sepanjang 2016 tercatat sebanyak 3.685 kasus. Sedangkan pada 2015 lalu jumlahnya mencapai angka 4.100 kasus.
"Tidak benar kalau tingkat kriminalitas di Kabupaten Bogor ini tinggi akibat jumlah penghuni lapas yang membeludak. Hal itu lebih disebabkan oleh jumlah tahanan yang masuk lebih banyak dari yang keluarnya," katanya menegaskan.
Pada serah terima jabatan itu, posisi Kepala Lapas Cibinong yang sebelumnya ditempati Sujonggo mulai digantikan oleh Anak Agung Gde Krisna. Selama menjabat sebagai Kalapas, Sujonggo mengatakan banyak warga binaan yang berasal dari luar daerah ditahan di tempatnya karena melakukan kejahatan di wilayah Kabupaten Bogor.
"Dulu Kabupaten Bogor tidak punya Lapas. Jadi warga binaan dari sini digabung di Lapas Kota Bogor. Setelah dibangun, penghuni Lapas Cibinong dicampur dengan warga binaan dari Depok. Setelah Depok punya sendiri ternyata jumlah penghuni lapas di sini tetap membludak," kata Sujonggo menjelaskan.
Ia mengaku mengupayakan pengurangan jumlah warga binaan bisa dengan remisi, tapi mayoritas penghuni lapasnya adalah pelaku kasus narkoba yang pemberian remisinya lebih ketat.
Untuk menampung seluruh warga binaan, kementeriannya tengah menggencarkan penambahan ruang tahanan. Namun menurut Kakanwil Susi, penambahan ruangan juga tidak optimal menampung para warga binaan yang ada.
"Sehingga sementara ini kami lakukan pemerataan penghuni. Artinya jangan sampai di satu Lapas numpuk sekali sementara di yang lain kurang," katanya.
Salah satu Lapas yang menjadi tempat pengalihan warga binaan dari daerah lain kata Susi adalah Lapas Banjar. Ia menyebutkan kapasitas hunian di sana mencapai 700 orang sementara yang menghuninya baru sebanyak sekitar 450 orang warga binaan. Namun yang menjadi masalah di sana menurutnya adalah kekurangan personel penjaga.
Susi mengakui kekurangan personel penjaga terjadi di Lepas-Lapas wilayah Jawa Barat. Kondisi itu pun dianggap mengurangi upaya pemantauan kegiatan warga binaan yang ada. Idealnya, dia menyebutkan perbandingan jumlah personel pengamanan dan warga binaan sebanyak satu banding 20 orang untuk satu shif penjagaan.(pikiranrakyat)
loading...
Post a Comment