BAPANAS/WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) memindahkan empat orang narapidana dari Penjara Guantanamo ke Uni Emirat Arab (UEA) dan Arab Saudi. Mereka adalah tahanan terakhir yang dipindahkan di menit-menit akhir pemerintahan Presiden Barack Obama.
Pria berusia 55 tahun itu pernah melontarkan janji untuk menutup Guantanamo pada kampanye pemilihan presiden (pilpres) 2008. Akan tetapi, hingga masa akhir jabatannya, Obama tidak pernah berhasil menutup Guantanamo. Ia hanya berhasil mengurangi jumlah tahanan dari 242 orang menjadi 41 orang.
Obama menuduh para legislator AS menggagalkan upayanya menutup Guantanamo yang terletak di Kuba. Politikus Partai Demokrat itu menyebut tingkah para legislator sebagai pelemparan tanggung jawab ke warga Amerika. Ia mendorong agar Kongres AS menutup fasilitas tersebut suatu saat nanti.
“Sejarah akan memberikan penilaian yang keras pada aspek dari perjuangan kami melawan terorisme dan mereka yang gagal kita tuntut pertanggungjawaban hingga akhir. Sekali lagi, saya mendorong Kongres AS untuk menutup fasilitas tersebut,” tulis Obama dalam suratnya, mengutip dari Reuters, Jumat (20/1/2017).
Tiga orang napi dikirim ke UEA, yakni Ravil Mingazov, Haji Wali Muhammed, dan Yassim Qasim Mohammed Ismail Qasim. Sementara Jabran al Qahtani dikirim ke Arab Saudi.
Di antara para napi yang masih berada di Guantanamo, 10 orang dijatuhi dakwaan di hadapan komisi militer, termasuk mereka yang dianggap bertanggung jawab dalam serangan 11 September 2001 ke Menara Kembar WTC.
Sekira 20 orang lainnya belum dijatuhi dakwaan apapun. Akan tetapi, mereka dinilai terlalu berbahaya untuk segera dibebaskan. Satu orang di antara napi tersebut berasal dari Indonesia, yakni Hambali, dalang bom Bali 2002.
Pria bernama asli Riduan Isamudin itu ditangkap pada 2003 dan langsung dikirim ke Penjara Guantanamo pada 2006. Permohonan pembebasannya ditolak pada Oktober 2016 karena dianggap masih memiliki ancaman besar terhadap keamanan Negeri Paman Sam.
Penjara Guantanamo memang dikhususkan bagi narapidana terorisme dengan risiko tinggi. Penjara tersebut dibangun oleh Presiden George Bush tidak lama setelah serangan teror ke menara kembar World Trade Centre (WTC). Presiden terpilih Donald Trump sendiri berjanji untuk tetap membuka penjara tersebut.(okezone)
Pria berusia 55 tahun itu pernah melontarkan janji untuk menutup Guantanamo pada kampanye pemilihan presiden (pilpres) 2008. Akan tetapi, hingga masa akhir jabatannya, Obama tidak pernah berhasil menutup Guantanamo. Ia hanya berhasil mengurangi jumlah tahanan dari 242 orang menjadi 41 orang.
Obama menuduh para legislator AS menggagalkan upayanya menutup Guantanamo yang terletak di Kuba. Politikus Partai Demokrat itu menyebut tingkah para legislator sebagai pelemparan tanggung jawab ke warga Amerika. Ia mendorong agar Kongres AS menutup fasilitas tersebut suatu saat nanti.
“Sejarah akan memberikan penilaian yang keras pada aspek dari perjuangan kami melawan terorisme dan mereka yang gagal kita tuntut pertanggungjawaban hingga akhir. Sekali lagi, saya mendorong Kongres AS untuk menutup fasilitas tersebut,” tulis Obama dalam suratnya, mengutip dari Reuters, Jumat (20/1/2017).
Tiga orang napi dikirim ke UEA, yakni Ravil Mingazov, Haji Wali Muhammed, dan Yassim Qasim Mohammed Ismail Qasim. Sementara Jabran al Qahtani dikirim ke Arab Saudi.
Di antara para napi yang masih berada di Guantanamo, 10 orang dijatuhi dakwaan di hadapan komisi militer, termasuk mereka yang dianggap bertanggung jawab dalam serangan 11 September 2001 ke Menara Kembar WTC.
Pria bernama asli Riduan Isamudin itu ditangkap pada 2003 dan langsung dikirim ke Penjara Guantanamo pada 2006. Permohonan pembebasannya ditolak pada Oktober 2016 karena dianggap masih memiliki ancaman besar terhadap keamanan Negeri Paman Sam.
Penjara Guantanamo memang dikhususkan bagi narapidana terorisme dengan risiko tinggi. Penjara tersebut dibangun oleh Presiden George Bush tidak lama setelah serangan teror ke menara kembar World Trade Centre (WTC). Presiden terpilih Donald Trump sendiri berjanji untuk tetap membuka penjara tersebut.(okezone)
loading...
Post a Comment