BAPANAS - Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly panen cabai di atas lahan seluas kurang lebih setengah hektar di sisi kanan gedung Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I, Makassar, Jalan Sultan Alauddin, Sabtu, (1/10). Panen cabai hari ini yang produksinya ditaksir 200 kilogram adalah hasil kerja keras 27 orang narapidana dari kegiatan Napi Berkebun sejak Mei 2016 lalu.
Napi Berkebun itu sendiri adalah salah satu kegiatan dari program pemandirian napi yang dijalankan Lapas Kelas I Makassar kerjasama dengan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sulsel dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulsel.
Kakanwil Kementerian Hukum dan HAM Sulsel, Sahabuddin Kilkoda mengatakan, cabai yang ditanam di atas 104 x 75 bedengan di sisi kanan Lapas ini melibatkan 27 narapidana sejak 18 Mei 2017 lalu. Jumlah bibit sebanyak 8.216 pohon hasilnya hari ini ditaksir 200 kilogram. Peran Bank Indonesia dalam kerja sama ini antara lain penyedia pupuk organik, traktor tangan dan alat penyemprot hama.
Adapun Porman Siregar selaku Kepala Bidang Kegiatan Kerja Lapas Kelas I Makassar menyebutkan, total panen cabai ini ditaksir sebanyak 3 ton. Pihaknya masih mencari pembeli partai besar. Saat ini pemasarannya sementara baru ke minimarket dan pasar tradisional Pabbaeng-baeng.
"Narapidana yang terlibat dalam program Napi Berkebun ini adalah mereka yang memenuhi syarat administrasi diantaranya mereka telah berstatus asimilasi yakni yang sudah bisa berkegiatan di luar tembok dan juga berkelakuan baik," kata Porman Siregar.
Adapun Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly mengatakan, sebelum dia panen cabai di Makassar, dia sudah panen di daerah Kalimantan dan Banten. Dia berharap, program kerjasama CSR Bank Indonesia ini bisa bertambah lebih banyak lagi di daerah-daerah lain.
"Kita punya banyak tanah dengan anggaran yang telah digelontorkan pada tahun ini dalam APBD perubahan. Diharapkan ada peningkatan signifikan dalam program-program pembinaan pemandirian narapidana dalam bidang Lapas Produksi dan Lapas Industri," kata Yasonna Laoly.
Disebutkan, selain di sektor produksi pertanian, Lapas-lapas juga digenjot di kegiatan kerajinan tangan yang hasilnya sudah ada yang diekpor ke luar negeri termasuk produksi dari Lapas Kelas I Makassar.
"Program pemandirian napi merupakan program yang sudah diperkuat sejak beberapa tahun lalu. Penting dilakukan agar napi warga binaan kita tidak hanya terkungkung dalam ruangan tanpa diberikan pelatihan pemandirian, pembinaan dan rehabilitasi agar saat keluar nanti para napi itu bisa mandiri," kata Yasonna Laoly.(MDK)
Napi Berkebun itu sendiri adalah salah satu kegiatan dari program pemandirian napi yang dijalankan Lapas Kelas I Makassar kerjasama dengan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sulsel dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulsel.
Kakanwil Kementerian Hukum dan HAM Sulsel, Sahabuddin Kilkoda mengatakan, cabai yang ditanam di atas 104 x 75 bedengan di sisi kanan Lapas ini melibatkan 27 narapidana sejak 18 Mei 2017 lalu. Jumlah bibit sebanyak 8.216 pohon hasilnya hari ini ditaksir 200 kilogram. Peran Bank Indonesia dalam kerja sama ini antara lain penyedia pupuk organik, traktor tangan dan alat penyemprot hama.
Adapun Porman Siregar selaku Kepala Bidang Kegiatan Kerja Lapas Kelas I Makassar menyebutkan, total panen cabai ini ditaksir sebanyak 3 ton. Pihaknya masih mencari pembeli partai besar. Saat ini pemasarannya sementara baru ke minimarket dan pasar tradisional Pabbaeng-baeng.
"Narapidana yang terlibat dalam program Napi Berkebun ini adalah mereka yang memenuhi syarat administrasi diantaranya mereka telah berstatus asimilasi yakni yang sudah bisa berkegiatan di luar tembok dan juga berkelakuan baik," kata Porman Siregar.
Adapun Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly mengatakan, sebelum dia panen cabai di Makassar, dia sudah panen di daerah Kalimantan dan Banten. Dia berharap, program kerjasama CSR Bank Indonesia ini bisa bertambah lebih banyak lagi di daerah-daerah lain.
"Kita punya banyak tanah dengan anggaran yang telah digelontorkan pada tahun ini dalam APBD perubahan. Diharapkan ada peningkatan signifikan dalam program-program pembinaan pemandirian narapidana dalam bidang Lapas Produksi dan Lapas Industri," kata Yasonna Laoly.
Disebutkan, selain di sektor produksi pertanian, Lapas-lapas juga digenjot di kegiatan kerajinan tangan yang hasilnya sudah ada yang diekpor ke luar negeri termasuk produksi dari Lapas Kelas I Makassar.
"Program pemandirian napi merupakan program yang sudah diperkuat sejak beberapa tahun lalu. Penting dilakukan agar napi warga binaan kita tidak hanya terkungkung dalam ruangan tanpa diberikan pelatihan pemandirian, pembinaan dan rehabilitasi agar saat keluar nanti para napi itu bisa mandiri," kata Yasonna Laoly.(MDK)
loading...
Post a Comment